Categories
artikel

Menjembatani Gap Generasi Antara Orangtua Dengan Anak Khususnya Pada Anak Remaja

Apa itu Gap Generasi?

Dikutip dari Verywell FamilyGap Generasi adalah berbagai misskomunikasi dan gagal paham yang dipicu oleh perbedaan generasi.

Karakteristik Umum setiap Generasi

Generasi X adalah mereka yang lahir pada tahun 1965-1981. Mereka adalah orang-orang yang individual, ambisius dan gila kerja. Mereka juga merupakan orang-orang yang mandiri. Mereka mudah beradaptasi dan percaya diri. Mereka melewati seluruh periode evolusi teknologi dan perkembangan media.

Generasi Yadalah orang-orang yang lahir pada tahun 1982-1996. Mereka adalah generasi yang hidup pada zaman peralihan dari dunia analog ke dunia digital. Teknologi adalah bagian kehidupan mereka. Krisis ekonomi dunia mengharuskan mereka untuk melatih diri lebih baik dalam mendapatkan pekerjaan, karena persaingan semakin meningkat

Generasi Z adalah orang-orang lahir pada tahun 1997-2010. Teknologi adalah DNA mereka. Pendidikan, kehidupan sosial dan aspek kehidupan lainnya bergantung pada teknologi. Mereka memiliki daya fokus yang rendah. Mereka mandiri dan akan memiliki pekerjaan yang tidak ada saat ini. Mereka suka melakukan pemecahan masalah karena mereka adalah orang-orang yang berpikir kritis.

Fenomena Gap Generasi

Pada umumnya untuk anak-anak remaja saat ini mereka masuk kedalam generasi Z yang cenderung bergantung pada teknologi dalam kesehariannya sedangkan orangtua mereka pada umumnya merupakan generasi x yang merupakan generasi yang tidak terlalu bergantung pada teknologi. Perbedaan tersebut seringkali membuat perbedaan pandangan dalam menjalani keseharian. Misalnya gen z cenderung akan lebih sering dan nyaman melakukan komunikasi dengan teknologi dan cenderung berpikir kritis sekaligus berani berpendapat. Seperti halnya anak remaja yang pada umumnya banyak menghabiskan waktu dengan gadget sehingga banyak bersosialisasi melalui sosial media, hal tersebut bertolak belakang dengan orangtua mereka yang cenderung menggunakan gadget seperlunya saja dan lebih banyak melakukan komunikasi secara langsung.

Sehingga hal tersebut seringkali memicu konflik antara orangtua dan anak, beberapa orangtua bahkan seringkali mengkambinghitamkan gadget yang dimiliki anak sebagai pemicu persoalan dalam keseharian anak seperti gangguan belajar bahkan sampai penyakit fisik selalu dihubungkan orangtua dengan gadget yang dimiliki anak. Sedangkan gen z yang cenderung kritis terutama anak remaja akan mulai berani melakukan sanggahan atas apa yang dituduhkan orangtua terhadap diri mereka.

Bagaimana Cara Menjembataninya?

Sebelum konflik tersebut ada bahkan membuat gap antara orangtua dan anak semakin besar maka berikut hal-hal yang bisa dilakukan orangtua untuk menjembatani gap generasi tersebut:

  1. Jalin komunikasi positif dengan anak sedini mungkin

Banyak yang menyebutkan hal yang paling sulit dilakukan orangtua terutama Ibu adalah Mendengarkan padahal dengan kemampuan mendengarkan segala keluh kesah dan cerita anak sedini mungkin, maka akan menumbuhkan rasa percaya anak terhadap orangtua untuk menceritakan banyak hal mengenai masalah dalam kesehariannya, sehingga komunikasi akan terus terjalin dengan baik hingga nanti.

  1. Jangan mudah menghakimi

Walaupun anak cenderung lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget orangtua jangan serta merta menyalahkan seluruhnya pada gadget yang anak miliki karena sesungguhnya kepemilikan gadgetpun awalnya berdasarkan persetujuan orangtua. Lebih sering kita menghakimi anak maka jurang gap generasipun akan semakin besar. Sebaiknya sebelum mengizinkan anak memiliki gadget, orangtua  dan anak melakukan kesepakatan mengenai aturan dan batas waktu penggunaan gadget. Ketika di kemudian hari anak menemukan masalah maka hal yang perlu dilakukan orangtua adalah mencari tahu terlebih dahulu akar permasalahannya dibandingkan dengan langsung menghakimi anak.

  1. Mau ikut belajar mengenai teknologi

Hal yang paling banyak terlewatkan oleh orangtua adalah mengikuti perkembangan anak dengan belajar teknologi. Karena  dengan belajar teknologi terutama bersosial media lalu paham dengan trend-trend remaja masa kini maka orangtua kedepannya akan semakin mudah menjalin komunikasi dengan anak, kecenderungan anak remaja biasanya  menjadi pribadi sangat tertutup kepada orangtua karena menganggap orangtua yang selalu tertinggal jauh terutama dalam hal penggunaan teknologi.

  1. Jangan selalu membandingkan anak dengan masa lalu orangtua

“Dulu Ayah sering dipukul pakai rotan dan sekarang bisa sukses lah kamu baru dibentak saja sudah cengeng dan menyerah!” ada yang mengatakan bahwa Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, hal tersebut menandakan bahwa setiap generasi punya kelebihan dan kekurangan maka didiklah anak-anak sesuai dengan kondisi anak pada saat itu.

 

Menjadi orangtua memang tidak ada sekolahnya tetapi dengan berjalannya waktu kita harus mencari tau cara memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak karena anak-anaklah yang kelak akan menjadi tonggak  generasi bangsa dimasa mendatang dan hal tersebut dimulai dari ruang lingkup terkecil yaitu KELUARGA.

Categories
artikel

Yuk Kenali Gaya Belajar Dominanmu!

Setiap orang memiliki gaya belajar dominan yang berbeda dalam dirinya yang berdampak terhadap bagaimana kita belajar. Gaya belajar dominan ini dapat menjadi sebuah informasi penting untuk kita agar dapat memaksimalkan bagaimana kita belajar untuk meraih hasil yang memuaskan. Tapi, apakah kalian tau apa itu gaya belajar? Gaya belajar menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki adalah sebuah kombinasi dari bagaimana seseorang dapat menyerap, kemudian mengatur serta mengolah informasi yang didapatkan.

Terdapat empat gaya belajar menurut Neil D. Fleming, yaitu visual, aural, read/write, dan kinestheticatau lebih sering disingkat dengan gaya belajar VARK. Apabila kita telah mengetahui gaya belajar dominan yang ada dalam diri kita, maka kita akan memaksimalkan cara yang tepat untuk kita belajar. Ciri-ciri dari empat gaya belajar VARK, yaitu:

  1. Visual

Seseorang yang memiliki gaya belajar dominan visualakan menyerap informasi secara maksimal dari apa yang mereka lihat. Grafik, diagram, dan gambar dengan warna-warna yang menarik lebih mereka sukai.

  1. Aural

Seseorang yang memilki gaya belajar auralakan menyerap informasi secara maksimal dari apa yang mereka dengar. Mereka akan dapat belajar dengan cepat dengan cara mendengarkan dari guru/tutor, mengikuti seminar, dan menggunakan tape/ voice recorderagar bisa didengarkan kembali.

  1. Read/Write

Seseorang dengan gaya belajar read/writelebih menyukai membaca tulisan, menuliskan kembali informasi pada catatan kecil, dan membacanya berulang-ulang kali. Selain itu, mereka cenderung lebih suka membaca.

  1. Kinesthetic

Seseorang yang memiliki gaya belajar dominan kinestheticakan lebih menyukai sentuhan. Mereka cenderung lebih cepat dalam menyerap informasi jika melakukannya sendiri, seperti melakukan percobaan, trial and error, melakukan demonstrasi, dan bermain peran.

Dari penjabaran keempat gaya belajar VARK, ciri-ciri mana sih gaya belajar yang paling dominan dalam diri kamu? Jika kalian sudah menemukan gaya belajar yang dominan dalam diri kalian. Yuk lakukan secara tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Categories
artikel

Belajar Menyenangkan Itu Penting

Proses pembelajaran selalu berkembang sesuai dengan zamannya, tentunya juga didukung dengan perkembangan teknologi dan informasi. Bila dulu proses pembelajaran hanya dapat dilakukan di sekolah formal, kini proses pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Tidak hanya di sekolah formal, pembelajaran dapat dilakukan di bimbingan belajar; maupun di rumah, misalnya dengan homeschoolingatau les privat.

Proses pembelajaran juga mengalami adanya perubahan. Pembelajaran konvensional yang semula berpusat pada guru (teacher center) perlahan berubah menjadi lebih berpusat pada siswa (student center). Hal ini disebabkan karena berkembangnya metode dan pendekatan belajar yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah bukan zamannya hanya guru yang aktif memberikan materi pelajaran, tapi diharapkan siswa yang lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa dapat bereksplorasi dan menemukan konsep yang bermakna secara mandiri baginya. Peran guru yang dulu hanya sebagai jembatan untuk mentransfer pengetahuan, kini lebih berfokus sebagai pembimbing yang mengarahkan siswa untuk memperoleh pengetahuannya secara mandiri. Maka dari itu, proses pembelajaran yang menyenangkan penting sekali bagi siswa agar tujuan tadi dapat tercapai.

Proses belajar menyenangkan dapat diterapkan di berbagai jenis tempat belajar (formal dan nonformal) maupun jenjang, tidak terkecuali pada pembelajaran les privat. Bahkan proses belajar menyenangkan akan sangat mudah dilakukan pada les privat. Umumnya pembelajaran les privat dilakukan dengan satu siswa dan satu guru saja, hingga eksplorasi belajar dapat dilakukan secara penuh oleh siswa. Pembelajaran yang dilakukan tidak kaku dan lebih disesuaikan dengan gaya belajar maupun karakteristik siswa. Pembelajaran menyenangkan ini penting sekali diaplikasikan, terutama pada siswa tingkat sekolah dasar.

Siswa sekolah dasar yang masih berada pada usia bermain akan mudah jenuh saat belajar bila tidak diselingi dengan games, ice breaking, ataupun pembukaan belajar (apersepsi) yang menyenangkan bagi mereka. Siswa usia sekolah dasar juga belum dapat memahami materi yang abstrak, sehingga diperlukan contoh atau hal nyata yang ditampilkan saat belajar. Bermain tebak-tebakan, games sederhana, menggambar, atau bercerita adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk memotivasi siswa sebelum belajar. Dengan membangun moodsiswa di awal pembelajaran akan memudahkan proses pembelajaran tahap selanjutnya. Tidak hanya ketika awal belajar, proses pembelajaran pun dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dirasa mengasyikan bagi siswa, sehingga siswa tidak merasa terbebani atau jenuh ketika belajar. Belajar tidak harus selalu duduk rapi, hanya mendengarkan guru menerangkan dan menulis materi, tapi juga bisa dengan membuat percobaan sederhana dengan bahan yang ada di rumah, quizatau cerdas cermat sederhana, melakukan tanya jawab dengan metode seperti permainan monopoli, ular tangga, teka-teki silang,  bermain peran, dan lain sebagainya. Bagi siswa  tingkat sekolah lanjutan seperti SMP dan SMA juga perlu mengalami proses pembelajaran yang menyenangkan, meskipun tidak seperti siswa tingkat sekolah dasar yang lebih ke arah belajar sambil bermain, tetapi lebih disesuaikan dengan karakter siswa remaja.

Mengingat pentingnya belajar menyenangkan ini, diperlukan kerjasama yang sinergis dari pihak-pihak yang terkait, yaitu guru atau tutor, orang tua/wali siswa, dan siswa itu sendiri. Bagi guru atau tutor perlu mengembangkan kreativitas dalam merencanakan dan mengaplikasikan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Selain itu, pemahaman bahwa belajar tidak harus selalu konvensional, kepercayaan kepada guru/tutor dan putra-putrinya sebagai siswa, dan izin dari orang tua sangat diperlukan untuk menunjang terciptanya suasana belajar yang menyenangkan. Maka dari itu, bagi ayah dan bunda, marilah kita pahami lagi pentingnya belajar menyenangkan agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan baik dan putra-putri kita sebagai siswa memiliki pengalaman belajar yang sesuai dengan usia mereka dan perkembangan IPTEK, tidak terbebani, serta tentu saja menyenangkan bagi mereka.

Categories
artikel

Literasi Digital di Dunia Pendidikan, Selama Pandemi atau Selamanya?

Sejak Maret 2020, kasus virus corona atau yang dikenal dengan Covid-19, telah menjadi pandemi global. Penyebaran besar-besaran virus corona memaksa kebijakan menjaga jarak atau yang dikenal physical/social distancing untuk meminimalisir ruang penyebaran Covid-19. Hal tersebut berdampak besar pada berbagai sektor kehidupan, khususnya pendidikan. Menurut UNESCO (2020), sekolah ditutup di banyak negara karena keadaan darurat kesehatan masyarakat. Sampai awal bulan April 2020, UNESCO mencatat setidaknya 1,5 miliar anak usia sekolah yang tidak bisa masuk sekolah karena dampak Covid-19 di 188 negara, termasuk 60 juta di antaranya ada di Indonesia. Kondisi ini membuat setiap negara bekerja keras untuk menemukan solusi siswa untuk terus belajar dan memenuhi hak pendidikannya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia merespon dengan kebijakan pendidikan dalam Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Indonesia Nomor 4 Tahun 2020. Salah satu pedomannya adalah selama penyebaran virus corona (Covid-19), pengajaran dan pembelajaran di semua jenjang pendidikan akan dilakukan di rumah dengan pembelajaran online. Kebijakan ini memaksa semua guru di Indonesia untuk membuat transisi cara mereka mengajar dari tatap muka menuju pembelajaran online.

Literasi Digital dan Pembelajaran Online

Secara umum, pelajar saat ini dianggap sebagai pengguna digital yang masif, yang secara alami memiliki kemampuan untuk menggunakan teknologi digital. Namun, beberapa fakta menunjukkan bahwa jumlah siswa saat ini tentu saja tidak menguasai keterampilan literasi yang diharapkan dan mereka membutuhkan pelatihan lebih lanjut untuk menggunakan alat digital untuk tujuan pembelajaran yang efektif, yang disebut literasi digital. Literasi digital adalah kesadaran, sikap dan kemampuan individu untuk menggunakan alat digital secara tepat dan fasilitas untuk mengidentifikasi, mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, menganalisis, dan mensintesis sumber daya digital, membangun pengetahuan baru, menciptakan ekspresi media, dan berkomunikasi dengan orang lain, dalam konteks situasi kehidupan tertentu.

Guru diharapkan menunjukkan sikap yang baik terhadap penggunaan teknologi dalam mengajar online di masa pandemi Covid-19. Niat guru untuk menggunakan teknologi dalam mengajar online dan keterlibatan mereka di dalamnya harus tinggi. Mereka juga berpikir bahwa mereka harus mengembangkan keterampilan digital mereka. Ini membuktikan bahwa guru telah menyadari pentingnya teknologi dalam kegiatan pengajarannya. Kemampuan guru berinovasi dalam mendesain dan mengumpulkan bahan, metode pembelajaran, dan memilih aplikasi terbaik sesuai dengan materi dan teknik yang sesuai.

Kreativitas adalah kunci sukses seorang guru untuk dapat memotivasi siswa untuk tetap semangat dalam belajar online (online) dan bukan menjadi a beban psikologis. Guru harus bisa untuk membuat model dan strategi pembelajaran sesuai dengan karakter siswa dalam sekolah. Penggunaan beberapa aplikasi dalam pembelajaran online bermanfaat bagi guru dalam proses pembelajaran ini. Guru harus terbiasa dengan pengajaran mereka dengan memanfaatkan media online yang kompleks dikemas secara efektif, mudah diakses, dan dipahami oleh siswa. Untuk sesaat, guru harus memiliki kemampuan tidak hanya TIK tetapi juga manajemen pembelajaran online. Karena itu, guru membutuhkan lebih banyak profesional untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam menciptakan efektivitas pembelajaran online. Dukungan dari semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat, adalah juga menentukan titik pembelajaran online baik selama pandemi maupun setelah pandemi selesai.